Kemasan dan Wadah
Pengertian kemasan dan wadah
Menurutkeputusankepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi.
Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang pembungkus dan
penandaan wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting untuk sediaan farmasi, karena
ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk
kestabilan dan efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah alat untuk
menampung suatu obat, atau mungkin dalam hubungan langsung dengan obat
tersebut.
Pengemas diartikan sebagai wadah,
tutup, dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya
obat ditransportasikan dan/atau disimpan.
Kemasanadalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan)
dan pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas,
dinyatakan sebagai bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya
seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder.
Pembagian
wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu:
1.
Wadah dosis tunggal,
adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang
dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril.
Contoh: ampul.
2.
Wadah dosis ganda,
adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian
berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian
yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Dalam
industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat
fisika dan kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan
pemasarannya. Secara umum, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah
adalah:
1. Harus
cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan
2. Bahan
yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3. Penutup
wadah harus bisa mencegah isi:
·
Kehilangan yang tidak
diinginkan dari kandungan isi wadah
·
Kontaminasi produk oleh
kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan mempengaruhi
penampilan dan bau produk.
4. Untuk
sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5. Bahan
aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat
wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi
melalui dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke
dalam isi wadah
6. Menunjukkan
penampilan sediaan farmasi yang menarik
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi
penutupan dalam Farmakope Indonesia, penyimpan obat dikelompokkan :
1.
Wadah tertutup baik,
yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan dari
hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan dan
distribusi yang lazim.
2.
Wadah tertutup baik
terlindung dari cahaya
3.
Wadah tertutup rapat, yaitu
wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-cairan, zat padat
atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan,
pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan,
dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga
kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka.
4. Wadah
tertutup rapat terlindung dari cahaya
Bahan
kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan bahan
kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton
dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin
stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan
kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik
berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak
berpengaruh terhadap stabilitas.
Jenis
kemasan primer dalam sediaan steril terdapat wadah gelas, wadah plastik, wadah
metal, wadah karet.
2.2 Kemasan primer
2.2.1 Kemasan gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan
dalam farmasi, karena memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan
wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat
inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas
tidak menurun mutunya pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan seperlunya
dapat menjadi penghalang yang sangat baik terhadap hampir setiap unsur, kecuali
sinar. Gelas berwarna dapat memberi pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan.
Kekurangan utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan
berat.
a. Komposisi
gelas
Gelas terutama
tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium karbonat),
batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet
(pecahan gelas yang dicampur dengan batch
pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh campuran). Kation yang paling umum didapatkan dalam
bahan gelas farmasi adalah silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium,
magnesium, zink, dan barium. Satu-satunya anion yang penting adalah oksigen.
Boron oksida ditambahkan untuk membantu proses pencairan. Timah dalam jumlah
kecil membuat gelas jernih dan berkilau. Alumina (Alumunium oksida) sering
digunakan menambah kekerasan dan keawetan serta menambah ketahanan terhadap
reaksi kimia.
b.
Tipe Gelas
Gelas
yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan menjadi
empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya
untuk mencegah peruraian, yaitu
1. Tipe
I – borosilicate glass (gelas
borosilikat dengan daya tahan tinggi)
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali
dan kation tanah diganti oleh boron dan atau alumunium serta zink. Mempunyai
daya tahan kimiawi yang sangat baik sehingga tidak mempengaruhi preparat
parenteral yang sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium karbonat.
Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral.
2. Tipe
II – treated soda lime glass (gelas
soda kapur yang diproses)
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah
mengalami pengerjaan permukaan pada bagian yang berhubungan dengan isinya dan
mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Umumnya digunakan untuk sediaan
parenteral bersifat asam dan netral
3. Tipe
III – regular soda lime glass (gelas
soda kapur biasa)
Adalah
gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup sehingga
tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak digunakan
untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas
di dalamnya.
4.
Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas
soda kapur untuk penggunaan umum)
Adalah
gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang
dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
Wadah yang biasa menggunakan gelas
adalah botol, pot, vial, dan ampuls. Kemasan gelas dibuat dari tiga tipe gelas,
yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat
kurang alkali dan lebih banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe II) bersifat kurang alkali dan
lebih banyak aluminium, sangat baik dan harganya sangat mahal, dan gelas soda /
alkali (Tipe III) digunakan untuk bahan padat kering dan cairan bukan air.
Untuk sediaan dengan berat di atas 2 g,
biasa digunakan pot dari gelas. Gelas melindungi dengan baik dan cocok dengan
banyak produk. Untuk produk yang dipengaruhi oleh cahaya, seperti salep yang
mengandung fenol aktif atau garam merkuri, gelas yang berwarna kuning - sawo
matang (coklat) sering digunakan untuk mencegah perubahan warna dari zat aktif.
Tutup harus dapat mencegah sediaan menjadi kering atau penguapan air dan zat
aktif yang mudah menguap.
Kelebihan menggunakan gelas antara lain,
inert, kedap udara, dibuat dari bahan yang relatif murah, tidak mudah terbakar,
bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat dikemas menggunakan
packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat digunakan
kembali.
Kekurangan gelas sebagai wadah untuk
menyimpan sediaan semisolid dibandingkan dengan logam dan plastik adalah lebih
rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk konsumen
yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena
wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
C. Uji pada wadah gelas
Alat:
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai
untuk pengukuran jumlah cahaya yang
ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan gelas.
Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang
dipasang dengan roda abrasif basah, seperti suatu roda berlian.Wadah dari kaca
tiup dipilih bagian yang mewakili ketebalan rata-rata dinding dan potong
secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang dalam spektrofotometer.Wadah gelas
tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan
pada permukaan.Gelas contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan
dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku lilin.
Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn
sumbu silindris sejajar terhadap bidang celah dan lebih kurang di tengah
celah.Jika diletakkan dengan benar, sorotan cahaya normal terhadap permukaan
potongan dan kehilangan pantulan cahaya minimum.Ukur tranmitans potongan
dibandingkan dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus
dengan alat perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat manual
pada daerah panjang gelombang 290 nm—450nm.
Batas:
Transmisi
cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk wadah
sediaan parenterral.Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk
sediaan oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang
dalam rentang 290nm—450nm.
Ukuran nominal
(dalam ml)
|
Presentase maksimum Transmisi Cahaya pada panjang
gelombang antara 290 dan 450 nm
|
|
Wadah segel-bakar
|
Wadah segel tutup rapat
|
|
1
2
5
10
20
50
|
50
45
40
35
30
15
|
25
20
15
13
12
10
|
Catatan
setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas
menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang
terterapada tabel.Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.
2. Uji
Tahan Bahan Kimia
Prinsip:
Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah digunakan)
terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas
dari kaca karena pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan. Pengujian
dilakukan di ruangan yang relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.
Tabel 3. Alat dan pereaksi
untuk uji bahan kimia
Alat
|
Pereaksi
|
1) Otoklaf dengan suhu yang dipertahankan 121°±
2,0°
dan mampu menampung 12 wadah diatas permukaan air.
2) Lumpang
dan alu yang terbuat dari baja-diperkeras
3) Pengayak
terbuat dari baja tahan karat ukuran 20,3 cm yaitu nomor 20,40 dan 50
4) Labu
erlenmeyer 250ml terbuat dari kaca tahan lekang
5) Palu
900 g
6) Magnit
permanen
7) Desikator
8) Alat
volumetrik secukupnya
|
1) Air kemurnian
tinggi dengan konduktivitas 0,15mm
2) Larutan merah metil
|
Prosedur :
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi
pada pH 5,6.
3. Uji
Serbuk Kaca
Penyiapan contoh:
Pilih
secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni, keringkan dengan udar
bersih dan kering.Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih kurang 25mm. Lalu
pecahan kaca dtumbuk dengan lumpang dan alu diteruskan dengan pengayakan nomor
20 setelah itu nomor 40.Ulangi kembali penghancuran dan pengayakan.Kemudian
pecahan kaca diayak dengan ayakan yang menggunakan penggoyang mekanis selama 5
menit. Pindahkan bagian yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya
harus lebih dari 10 g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga
saat pengujian
Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit
melalui contoh tersebut untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama
pengahancuran.Masukkan contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca
tahan bahan kimia dan cuci 6 kali, tiap kali dengan dengan aseton.Keringkan
labu dan isi pada suhu 140° selam 20 menit, pindahkan
butiran ke dalam botol timbang dan dinginkan dalam desikator. Contoh uji
digunakan dalam waktu 48 jam setelah pengeringan.
Prosedur :
Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air
pada suhu 90 selama tidak kurang dari 24
jam atau pada suhu 121 selama 1 jam.
Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke dalam labu dan ke dalam labu lain
untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala terbuat dari borosilikat yang
sebelumnya telah diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian
hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tepi labu.Letakkan wadah dalam
otoklaf dan tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan hingga
uap keluar dan lanjutkan pemanasan
selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi dan atur suhu 121 .Pertahankan
suhu pada 121°± 2° selam 30 menit dihitung saat
suhu tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan
atmosfer dalam 38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk
mencegah terjadinya hampa udara.
Dinginkan segera labu dalam air mengalir, enaptuangkan air dalam labu ke
dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa serbuk kaca 4 kali , tiap kali
dengan 15 ml air kemurnian tinggi.
Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera
dengan asam sulfat 0,020 N LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan
untuk menetralkan ekstrak dari 10 g contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume
tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan tabel uji untuk tipe
gelas yang diuji.
4.
Uji Ketahanan terhadap Air pada
Suhu 121°
Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas
2 kali dengan air kemurnian tinggi.
Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian
tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan lakukan prosedur seperti yang
tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan “Tutup semua labu…..”, kecuali waktu
pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk
mencegah terjadinya hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke
dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa
wadah untuk memperoleh voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu
erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes
larutan metil merah, titrasi dalam keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV.
Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit setelah otoklaf dibuka. Catat volume
asam sulfat 0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air
kemurnian tinggi pada suhu yang sama dan dengan jumlah indikator yang sama.
Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk
tipe kaca yang diuji.
5.
Uji Arsen
Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan
sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca tipe I, atau jika wadah lebih
kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca tipe I, yang disiapkan
sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air pada suhu 121°.
2.2.2 Kemasan plastik
Bahan plastik telah banyak digunakan
sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini, plastik juga telah dikembangkan
untuk pengemasan produk-produk parenteral termasuk cairan infus dan injeksi
volume kecil. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk, baik
sediaan farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1.
Komponen produk yang
bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi secara signifikan
pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau melalui plastik
2.
Bahan plastik tidak
melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat mempengaruhi stabilitas
produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas
Terdapat dua jenis plastik yang
digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1. Termoset,
yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan
sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat
penutup wadah gelas atau logam.
2. Termoplastik,
yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras jika
didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang dapat
dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam
pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.
Tabel 1:
Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral
Sterile
plastic device
|
Plastic
material
|
Container for blood products
|
Polyvinyl chloride
|
Disposable syringe
|
Polycarbonate, polyethylene,
polypropylene
|
Irrigating solution container
|
Polyethylene, polyolefins,
polypropylene
|
IV infusion fluid container
|
Polyvinyl chloride, polyester,
polyolefins
|
Administration set
|
Acrylonitrile butadiene styrene
Nylone (spike)
Polyvinyl chloride (tube)
Polymethylmetachrylate (needle
adapter)
Polypropylene (clamp)
|
Catheter
|
Teflon, polypropylene
|
Beberapa
keuntungan penggunaan plastik untuk kemasan adalah sebagai berikut :
1.
Fleksibel dan tidak
mudah rusak/pecah
2. Lebih
ringan
3. Dapat
disegel dengan pemanasan
4. Mudah
dicetak menjadi berbagai bentuk
5. Murah
Di
samping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk kemasan juga
memiliki berbagai kerugian, antara lain sebagai berikut :
1. Kurang
inert dibandingkan gelas tipe I
2. Beberapa
plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa
kimia
3. Beberapa
plastik sangat sensitif terhadap panas
4. Kurang
impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas
5. Dapat
memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
6. Zat
tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
7.
Senyawa-senyawa seperti
zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik
Wadah plastik untuk sediaan farmasi
dibuat dari satu atau lebih polimer dengan berbagai bahan tambahan. Dengan
penambahan bahan tambahan, karakteristik penampilan dari polimer dapat
diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa cairan, padatan atau serbuk
halus. Bahan tambahan yang digunakan tergantung dari jenis polimer dan metode
produksi yang digunakan. Bahan tambahan yang umumnya digunakan dalam wadah
plastik adalah antioksidan, stabilizer, lubricant, plastikizer, pengisi, dan
pewarna.
a.
Bahan tambahan
1. Antioksidan
Polimer sering
kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan mekanik yang
menimbulkan udara yang terperangkap selama proses pembuatan dan penggunaan
akhir. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk radikal bebas yang
dikontribusikan secara bergiliran untuk degradasi polimer yang menyebabkan
plastik kehilangan fisik penting dan sifat mekanik. Dengan adanya antioksidan
di dalam formulasi plastik akan mengurangi tingkat degradasi secara significant
dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
·
Antioksidan
primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya antioksidan primer
merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi penggabungan radikal
bebas. Contoh: arilamin sekunder.
·
Antioksidan sekunder:
dapat merusak peroksida dan hal ini menyebabkan eliminasi pembentukan radikal
bebas. Contoh: fosfat dan tioester.
Sering
kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk
mendapatkan efek yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
2. Stabilizer
Berguna untuk mencegah degragasi polimer
oleh panas dan cahaya. Selain itu juga dapa berguna untuk memperpanjang umur
polimer. Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik, organometalik.
3.
Lubricant
Lubricant digunakan untuk memodifikasi
karakteristik permukaan dari polimer yang dicetak dan membantu proses
pencetakan. Penambahan lubricant pada
polimer secara umum mengurangi viskositas dari polimer tersebut, yakni
menyenyebabkan polimer lebih mudah mengalir selam rposes pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan
polimer yang dibuat agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling banyak dipakai
adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol,
fatty esters, fatty amides.
4.
Plasticizer
Plasticizer
digunkan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer, fleksibilitas,
ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu penamabahan plasticizer dapat mengurangi daya
rentang polimer. Plasticizer yang
sering dipakai adalah dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.
5.
Filler
(Bahan Pengisi)
Penambahan bahan pengisi pada
polimer memperbaiki fleksibilitas, ketahanan terhadap bantingan, stabilitas
terhadap panas, dan mengurangi biaya pembuatan. Penambahan bahan pengisi
biasanya tidak mengurangi transparansi dari wadah plastik.
6.
Colorant
(Bahan Pewarna)
Bahan pewarna
ditambahkan untuk memberikan warna pada plastik.
b. Plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral
volume besar (LVP)
·
Polyolefins
1. Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang
paling banyak digunakan. Polyethylene berbentuk linear. Struktur kimianya
disusun secara komplit oleh carbon dan hidrogen.
-(- CH2 – CH(CH3) – CH2
– CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal
yang tinggi. Dalam susunan kristal, gugus-CH3 menambah kekakuan dari
polimer. Polypropylene memiliki daya rentang yang tinggi yang mampu menahan
tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan titik leleh yang
tinggi pula yaitu 165°C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah yang
dibuat dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi
pada proses sterilisasi tanpa terurai.
Polypropylene
sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur kamar,
asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan
uap air. Selain itu juga wadah yang
terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang memuaskan. Kelemahan
yang dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.
2. Polyethylene
Low density atau polyethylene yang
bercabang adalah polimer etilen bercabang yang dikomersialkan pertama kali.
Polyethylene tipe ini disebut juga LDPE (Low Density Polyethylene). Pada
penggunaannya LDPE ini digantikan oleh linear low density polyethylene (LLDPE)
yang sedikit lebih mahal dan memiliki properti yang lebih diinginkan.
3. Copolymer
Kopolimer dari ethylene
dan propylene telah banyak digunakan sebagai wadah sediaan LVP. Dalam
kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari etilen-propilen merupakan
polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen
sebagai kompleks polimer dengan propilen, sejumlah sifat yang diinginkan dapat
diperoleh. Penggabungan etilen mengurangi kekakuan atau kekerasan dari
propilen, memperbaiki pengolahan, dan sedikit mengurangi titik leleh dari
propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan 150°C. Hal ini membuat kopolimer ethyl
propylene (EP) cocok untuk digunakan
pada sterilisasi uap.
·
Poly
(vinyl Chloride)
Poly(vinyl chloride) atau PVC
memiliki monomer vinyl dari monokloroetan. PVC dihasilkan dari polimerisasi gas
vinyl klorida (CH2=CHCl) dengan inisiator seperti peroksida organik
atau persufat anorganik. Inisiator bekerja untuk menghasilkan radikal bebas dan
menggabungkan reaksi polimerisasi. Hal ini dapat digambarkan sebagai:
R1OOR2Ã
R1O* + R2O*
Dimana R1OOR2
adalah peroksida organik. Setelah radikal bebas peroksida dibentuk,
reaksi dengan monomer vinyl terjadi dan kemudian digabungkan.
Semua produk yang terbuat
dari PVC, 45% brsifat fleksibel. Sifat-sifat dari PVC antara lain adalah
sebagai berikut:
ü
Rusak
pada pemanasan yang berlebihan mulai 280°C
ü
Barier
yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan pelarut petrolatum.
ü Menahan
odors dan flavors.
ü Barier
yang baik terhadap oksigen, tidak dipengaruhi oleh asam, basa kecuali beberapa
asam oksidator.
ü Memiliki
kerapatan yang lebih tinggi (1,16–1,35 g/cm3) dibandingkan dengan
polimer lain seperti polyethylene (0,92–0,96 g/cm3) dan
polypropylene (0,90 g/cm3).
Tabel 2.
Formulasi komponen PVC
Component
|
Level (phr)a
|
PVC resin
|
100
|
Plastikizer
|
30 – 40
|
Stabilizer
|
0,25 - 7
|
|
|
aphr = parts per hundred
parts of resin by weight
Gambar.
Contoh PVC
·
Polystyrene
ü Rigid,
plastik kristal yang jernih, tidak bermanfaat untuk produk cair.
ü Transmisi
uap air tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen tinggi.
ü Wadah
mudah tergores dan mudah retak bila jatuh.
ü Titik
lelh rendah (190°F)
tidak dapat untuk bahan panas.
ü Tahan
terhaadp asam (kecuali asam oksidator kuat) dan basa, dipengaruhi oleh bahan
senyawa kimia dan menyebabkan mudah retak.
a
b c
Gambar.
Contoh Polystyrene: a. Serological Disposable, b. Centrifuge Tubes, c. Specimen
Container
·
Nylon
ü Dibuat
dari asam dibasa dan diamin (Nylon 6/10 : 6 atom karbon dalam diamin dan 10
dalam asam).
ü Nylon
dan poliamin tertentu dapat dibuat menjadi wadah dinding tipis.
ü Dapat
di sterilisasi dengan autoclave, sangat kuat dan cukup sulit dirusak secara
mekanik.
ü Tahan terhadap berbagai bahan organik dan anorganik.
ü Impermiabilitasnya
tinggi terhadap oksigen.
ü
Bukan
barier yang baik terhadap uap air.
Gambar .
Contoh GE Nylon (RS) Sterile Syringe Filters
·
Polycarbonate
ü Rigid seperti gelas dan dapat disterilkan berulang.
ü Cukup tahan terhadap bahan kimia.
ü Barier yang cukup terhadap kelembaban.
ü Tahan terhadap asam encer, zat oksidator dan reduktor,
garam, minyak, minyak pelumas, dan hidrokarbon alifatik.
ü Dipengaruhi oleh alkali, amin, keton, ester, hidrokarbon
aromatik, dan beberapa alkohol.
ü Mahal
Gambar.
Contoh Polycarbonate
·
Acrylic
multi polymer (Nitrile Polymers)
ü Mewakili
monomer acrylo nitrile atau methaacrylo nitrile.
ü Barier
yang baik terhadap gas, tahan terhadap bahan kimia.
ü Kekuatan sangat bagus dan aman dimusnahkan dengan
incinerator
ü Standar keamanan FDA: residu monomer acrylo nitrile
kurang dari 11 ppm dengan migrasi yang diizinkan kuang dari pada 0,3 ppm untuk
semua produk makanan.
Gambar
. Contoh Nitrile Polymers
·
Polyethylene
Terephtalate (PET)
ü Polimer
kondensai dibentuk oleh reaksi asam terephtalat atau dimetil terephtalat dengan
ethylene glycol dengan adanya katalis.
ü Barier
yang baik terhadap gas dan aroma.
ü Kekuatan
sangat baik.
Gambar.
Contoh Polyethylene Terephtalate (PET)
c. Evaluasi dan Uji Plastik untuk LVP
FDA telah
memberikan batasan petunjuk masalah evaluasi dan uji bahan polimer. Dengan
penggunaan plastik sebagai bahan untuk wadah LVP, berikut ini dapat dipertimbangkan
kerangka dasar untuk melakukan pengujian:
1.
Pemeriksaan,
menurut prosedur USP XXI-NF XVI untuk uji biologi dan fisikokimia, jumlah dan
tipe senyawa yang potensial untuk leaching atau terlepas dari wadah plastik.
2.
Pemeriksaan
integritas atau stabilitas dengan uji terhadap efek kondisi penyimpanan, misal:
waktu, suhu, cahaya, kelembaban dan efek siklus sterilisasi terhadap sifat
fisik, kimia dan biologi dari wadah.
3.
Melakukan
uji lainnya dan menghasilkan data perkiraan untuk menjamin keamanan dari wadah.
Berbeda dengan
bahan plastik, penggunaan gelas sebagai wadah LVP telah diterima sejak dulu
kala karena kebijakan lebih dahulu dan penggunaan dalam waktu yang lama. Hal
ini bukan berarti bahwa gelas dapat digunakan pada aplikasi LVP tanpa deretan
uji yang umum. Walaupun keuntungan bahan gelas melebihi bahan plastik,
penggunaan bahan plastik didukung oleh spesifikasi USP XXI-NF XVI. Secara umum
berbagai wadah atau komponen yang kontak langsung dengan cairan LVP harus
diveluasi dengan perhatian yang khusus.
2.2.3
Kemasan
Metal
a.
Kemasan Metal
Penggunaan pengemas metal dalam farmasi relatif terbatas, akan tetapi bentuk dan sifat tertentu dari
kemasan metal menyebabkan kemasan metal sukar diganti dengan kemasan lain.
Kontener metal digunakan terutama bila diperlukan kekuatan dan sifat dapat
dikempa dari material kemasan, yang merupakan
reaktifitas terhadap bermacam gas dan bahan kimia.
Tiga metal yang biasa digunakan untuk kemasan farmasi
ialah timah, aluminium, dan baja. Oleh karena mudah teroksidasi dan membentuk
korosi (karat),
baja harus digalvanisasi atau disalut dengan epoksi sebelum digunakan.
Aplikasinya terutama untuk tromol atau drum, ruahan material dimana diperlukan
kekuatan yang besar. Metal dapat pula dibentuk menjadi silinder bertekanan
tinggi untuk menyimpan produk gas.
Timah sering digunakan untuk produksi kaleng erosol
dengan cara electroplating menjadi bentuk lembaran baja untuk meningkatkan
resistensi terhadap korosi dan untuk memfasilitasi penyolderan. Sebaliknya
aluminium digunakan dalam bentuk murni sebagai foil. Aluminium foilsering digunakan
sebagai lapisan impermeable dalam laminat multilapis yang dapat menyertakn pula
kertas dan plastik. Foil aluminium dapat dibentuk
menjadi kontener kaku, kontener semi kaku, konstruksi olister atau laminat.
Metal memberikan sejumlah keuntungan dibandingkan
dengan bahan pengemas lain. Seperti gelas, metal haampir secara total
imepermeabel terhadap gas dan air. Sebagai tambaha, kontener metal sangat kuat
dan tahan remuk. Untuk aplikasi yang memerlukan pengempaan seperti tube
kolapsibel, metal memberikan kemudahan dalam pembuatan dan
penggunaan.
Metal dapat pula dibentuk menjadi sistem penghantaran obat yang lebih kompleks,seperti
inhaler bertahanan dosis, inhaler serbuk kering, alat untuk pemberian aerosol,
bahkan jarum yang siap untuk digunakan.
Kekurangan utama
dari kemasan metal terikat dengan biaya dan kontrol kualitas. Metal lebih mahal harganya, dan lebih
sulit untuk dibentuk menjadi kemasan yang dapat dimanfaatkan. Untuk bentuk foil
(lembaran tipis), banyak dihasilkan kemasan cacat dikarenakan adanya lubang
halus yang terbentuk selama proses pembuatan
sehingga sifatnya sangat tidak menguntungkan sebagai penghalang (terutama pada
foil yang sangat tipis).
Produk obat harus selalu dipantau sehingga tidak ada
cacat kemasan yang dapat mengganggu, terutama pada obat oftalmik. Seperti pada polimerisasi
kebanyakan plastik, metal dapat pula diberi atau
dicampur logam untuk meningkatan karakteristiknya sebagai pengemas, atau tabung
disalut dengan resin. Sampai saat ini USP belum memberikan
persyaratan pengujian untuk pengemas logam.
|
||||
|
2.2.4
Kemasan
Elastik
a.
Umum
Elastik( elastomer) pada bidang farmaseti,
terutama digunakan sebagai
material tutup untuk botol infus dan botol tembusan serta material slang (juga
untuk terpi infus). Elastik adalah bahan yang berbentuk dari zat-zat organik,
padat, didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet elastis.
Termasuk ke dalamnya adalah seluruh produk
karet alam dan karet sintetis serta bahan sejenis karet. Elastisitasaret dapat
dikarateristikan sebagai berikut : Melalui gaya tarik dari yang relatif rendah
( 0,1-1 N/mm2, 1-10 kp/cm2) akan terjadi peregangan kuat,
dan pengerasan sebesar 10-100 kali. Elastik dalam keadaan tidak meregang adalah
amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya. Eksistensi dari rantai
molekul panjang, barjalin antara sesamnya, sangat menetukan sifat
elastis karet polimer tinggi.
b.
Bahan pembantu
Melalui vulkanisasi karet mentah, artinya melalui penamahn belerang dan
pemanasan dengan disertai tekanan, karet akan memperoleh elastistasnya,
kekompakan dan daya tahannya terhadap pengaruh panas. Tergantung jumlah dari
penambahan belerang, dapat dibuat karet lunak(5-10 %) dan karet keras (30-50%
belerang). Produk karet sintetis juga dapat divulkanisasi. Dalam waktu yang
sama digunakan sejumlah bahan, yang menentukan kualitas produk akhir.
Diantaranya yang dapat disebutkan antara lain:
1.
Katalisator
Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya peroksida sebagai
suplier oksigen).
2.
Pempercepat
vulkanisasi.
Dalam hal ini digunakan senyawa nitrogen organik atau belerang
seperti amin sekunder, santogenat, ditiokarbamat, tiazol atau bahan anorganik,
seperti magnesium oksida, kalsium hidroksida, antimon trisulfida, atau antimon
pentasulfida.
3.
Inhibitor
Senyawa ini berfungsi untuk mengakhiri proses vulkanisasi yang dikendalikan
secara katalik setelah mencapai kekerasan yang dikehendaki (misalnya garam
timbal,nikel dan besi).
4.
Stabilisator
atau bahan pelindung proses penuaan
Dalam hal ini khusus digunakan senyawa fenol dan amina,
misalnya hidrokinon, pirogalol, fenil naftilamin, fenilendiamin.
5. Modifikator
Senyawa ini berfungsi sebagai vahan
pengeras, pembuat lunak, atau pengendap pori, misalnya parafin cair,ftalat, dan sebagai zat yang memepunyai
pengaruh penting terhadap sifat produk akhir.
6.
Bahan pengisi
Senyawa ini digunakan hanya untuk
bahan peregang, tetapi sering juga untuk memperbaiki sifat mekanis, kemantapan
terhadap gesekan. Sebagai contoh disebutkan kapur, jelaga, pasir, asbes, seng
oksida dan barium sulfida.
7.
Bahan pewarna
Dalam hal termasuk pigmen atau bahan
pewarna sejati. Juga dapat disarankan penambahan bahan pelindung cahaya, penutup bau dan dalam
kasus khusus juga bahan yang sulit terbakar.
c.
Sifat dan kecocokan
secara farmasetik
Sifat yang menonjol dari karet alam,
khusus elastisitasnya, sangat menyulitkan proses standarisasinya. Sabagai
produk alam, komposisi karet mentah sangat bervariasi tergantung dari daerah
asalnya dan telah bervariasi dari satu perkebunan ke perkebunan
lain. Dari segi ini, jenis karet sintetis ( misalnya produk polimerisasi dari
butadiena, metilbutadiena, 2- klorbutadiena)dinyatakan lebih eksak. Jenis karet
sintetisdapat dibuat menjadi keras dan untuk memperoleh sifat yang dikehendaki
diperlukan penambahan beberapa bahan pembantu, yang juga digunakan untuk
meracik karet alam.
Syarat kecocokannya sebagai material tutup
pada wadah untuk larutan injeksi dan infus adalah bahan jenis karet ( atau jenis bahan sintetis) harus memiliki
sifat elastis yang mencukupi sehingga menjamin penutupan wadah panas,
penyimpanan dingin.
d.
Tutup Elastomerik
(tutup karet)
Definisi tutup
elastomerik menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah bagian dari pengemas
yang berhubungan langsung atau mungkin berhubungan langsung dengan obat.
Elastomer atau lebih dikenal sebagai karet, sudah digunakan sebagai bahan untuk
kemasan sediaan parenteral sejak awal abad 20 karena memiliki sifat fisik unik,
yaitu sangat mudah dibentuk, yang cukup penting bagi fungsi kemasan sediaan
parenteral. Secara kasar, karet dikatakan sebagai bahan polimer yang pada suhu
kamar dapat diregangkan mencapai 2 kali panjang awalnya dan jika dibebaskan
akan kembali ke ukuran semula. Walau memiliki definisi sederhana, karet adalah
senyawa kompleks yang terdiri dari 2
sampai 10 atau lebih bahan mentah. Komponen polimer utamanya adalah
elastomer. Tutup elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau sintetis.
Tutup
elastomerik umumnya merupakan campuran kompleks dari berbagai bahan meliputi
polimer dasar (elastomer), pengisi, akselerator, vulcanizing agent (bahan vulkanisir), dan pigmen.
Sifat tutup
elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi juga pada
prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan, bahan pengabu yang
digunakan, pencetakan dan pemasakan. Contoh sifat yang diinginkan dari
elastomer adalah kompresibilitas dan kemampuan untuk menutup kembali.
Faktor-faktor
seperti prosedur pembersihan, media kental dan kondisi penyimpanan juga
mempengaruhi kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan khusus. Evaluasi
terhadap faktor demikian harus dilakukan uji khusus tambahan yang sesuai,untuk
menentukan kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan yang diinginkan.
Kriteria pemilihan tutup elastomerik juga harus mencakup penelitian teliti
terhadap semua bahan, untuk meyakinkan bahwa tidak ada penambahan unsur yang
dicurigai atau diketahui bersifat karsinogenik atau bahan toksik lain.
Persyaratan
kecocokannya sebagai materi tutup pada wadah sediaan injeksi adalah bahwa karet
menunjukkan elastisitas yang cukup dengan demikian menjamin wadah yang kedap
dan tahan terhadap pengaruh suhu.
Sifat-sifat tutup
elastomerik yang baik :
a.
Permukaan
harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.
b. Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher
bagian dalam vial atau dinding-dinding bagian dalam syringe hipodermik. Bahan lain seperti
gelas, logam tak memiliki kemampuan ini.
c. Kekerasan
dan elastisitasnya harus mencukupi sehingga ia dapat melewatkan jarum suntik
tanpa membuatnya menjadi tumpul.
d.
Mudah
ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali dengan cepat
setelah jarum ditarik.
e.
Pada
masuknya jarum infeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang mencapai ke
dalam larutan injeksi.
f.
Tak
mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi
g.
Impermeabel
terhadap udara dan lembab (untuk meghindari peruraian obat yang sensitif
terhadap air)
Contoh penggunaan tutup elastomerik :
a)
Tutup
vial
Tutup vial elastomer digunakan sebagai
tutup primer vial parenteral dan merupakan salah satu jenis bahan yang banyak
digunakan sebagai tutup sediaan farmasi. Karet dapat dibentuk menjadi tutup
vial dalam berbagai bentuk dan ukuran, dari unit-dose sampai tutup wadah
bermuatan beberapa liter. Kedudukan
tutup vial dijaga oleh lapisan segel logam sampai ke leher vial.
Jenis
tutup vial
|
Diameter
luar (flange) (inci)
|
Diameter
dalam (plug) (inci)
|
Ketebalan
(inci)
|
West V-24
|
0,400
|
0,226
|
0,088
|
West V-35
|
0,500
|
0,305
|
0,082
|
West S-127
|
0,750
|
0,524
|
0,110
|
West S-51
|
1,101
|
0,623
|
0,157
|
Gambar : Tutup vial
b)
Tutup
univial
Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk
larutan berada dalam bentuk kering sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat
aktif berada pada bagian bawah vial sedangkan diluen steril berada pada bagian
atas. Dua bagian vial ini dibatasi oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya
tekanan hidrostatik dari tekanan yang diberikan pada tutup univial. Saat karet
tergeser, akan terjadi proses pencampuran dan disolusi dari serbuk zat aktif
pada kompartemen bagian bawah.
d. Jenis Elastik
1. Karet alam
Komposisi karet alam umumnya tidak seragam. Karet mentah terdiri dari
hidrokarbon 93,3-93,6 %. Seluruh jenis karet alam merupakan polisopren dengan
rumus kimia(C5H8)n dengan konfigurasi
cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan memiliki berat molekul antara 300.000
dan 700.000
Karet mentah diperoleh dari lateks (
getah) Hevea brasiliensis dan Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan penghasil
penghasil karet juga termasuk famili Apocyaceae, Moraceae dan Compositae.
2. Produk perubahan dari karet alam
a. Karet
Klor
Karet klor diperoleh melalui
pengklorinasian karet mentah dalam karbon tetraklorida pada suhu 80o-110oC.
Kandungan klor berjumlah sampai 65 % pada suhu di atas 80 0C
terjadi penguraian( pemisahan HCl). Keuntungannya terletak pada kekerasanny,
tidak mudah terbakar dan memiliki kemantapan yang lebih baik dalam alkali dan
asam
b. Karet
siklo
Produk siklinisasi terbentuk melalui
pemanasan karet mentah dengan asam sulfonilat atau sulfoklorida. Karet siklo
stabil terhadap lemak, asam encer, dan alkali, akan tetapi rusak oleh
hodrokarbon alifatik dan aromatik. Digunakan untuk membuat salutan pada
material wadah.
c.Karet sintetis
Karet sintetis memiliki kemiripan dengan
karet alam dalam bangun kimianya atau sifat fisika kimianya. Karet jenis ini
juga digunakan dalam campuran dengan karet alam.
Polimerisat
campur polibutadiena dan butadiena
Polimerisat
butadiena-stiren
Polimerisat
Butadiena-akrilnitril
Produk ini mempunyai daya tahan mekanis
yang baik, permeabilitas uap air dan gas yang cukup, serta stabilitas yang baik
terhadap minyak lemak dan parafin.
a. Poliklorbutadiena
( karet kloropren)
Pembuatannya berlangsung melelui polimerisasi
dari kloropren (2-klor-1,3-butadiena). Produk tersebut kekerasan yanh besar,
stabil terhadap pengaruh oksidatif, minyak mineral, minyak lemak, asam dan basa
encer. Permeabilitas air dan gasnya, rendah. Mereka melunak sejak suhu
kira-kira 600C.
b. Polisopren(karet
isopren, karet metil)
Sifat dan penggunaannya identik dengan
karet alam. Polisorpen terbentuk melalui polimerisasi dari isopren.
c. Polisobutilen
(karet butil)
Karet butil diperoleh melalui polimerisasi
campuran dari isobutan (97 %) dengan sedikit isopren atau butadiena dalam
metilen klorida pada suhu sekitar -1000C.
d. Karet
polisulfida
Tieolastik merupakan polikondensat dari
alkalipolisulfpida dan dihalogenida alifatik. Mereka memiliki stabilitas
pembengkakan terhadap bahan pelarut, stabil terhadap penuaan dan oksidasi, dan
kekompakan mekanisnya relatif rendah.
e. Karet
silikon
Karet silikon stabil terhadap minyak dan
lemak serta tidak peka suh. Permeabilitas gasnya, ekstrem tinggi. Digunakan
antara lain untuk material slang medisin, farmasi dan material tutup serta
bagian sintetis untuk implantasi.
f. Poliuretan
Poliuretan mirip karet diperoleh melalui
penggantian diisosianat dengan poliester rantai panjang, mengabdung gugus
hidroksil dan diakhiri dengan perajutan. Sifatnya tidak stabil terhadap asam,
basa dan air mendidih, tetapi kompak terhadap minyak dan gesekan yang tinggi.
e.
Pengujian Untuk Plastik dan Elastik
Plastik dan elastik, yang sebaiknya
digunakan untuk tujuan farmasi atau kedokteran, harus diuji dengan kecermatan,
khusus terhadap kecocokannya. Banyak bahan dan bahan pembantu, yang diperlukan pada saat
pembuatannya, sangat menyulitkan evaluasinya. Akibatnya tidak larutnya polimer
tinggi yang murni maka bahaya pelepasannya ke dalam larutan bahan obatrendah.
Untuk membuktikan zat-zat toksis,
pengujian secara fisika dan kimia belum memadai. Untuk itu diperlukan pengujian
secara biologis. Jenis dan skala pengujiannya tergantung dari tujuan penggunaan
plastik dan elastik, dengan skala klasifikasi berikut : objek, yang ditetapkan
untuk tinggal secara temporer atau tempo lama di dalam organismus.
Cara pengujian selanjutnya bergantung
dari, apakah objek dapat bersentuhan dengan bahan hidrofil atau dengan bahan
lipofil. Luas permukaan total dari potongan atau masa yang telah diperkecil dan barang
yang telah diproses sebelumnya dengan air (elemen penutup hanya dibagi dua)
digunakan untuk membuat larutan penguji. Larutan ini diperoleh dengan menggunakan air atau air
untuk injeksi atau minyak kacang atau minyak kacang yang disterilkan atau suatu
campuran alkohol-air dan diperoleh melalui pemprosesan elastik atau plastik yang akan diuji dengan
panas( misalnya disterilkan 20 menit pada suhu 1210C atau selama 16
jam pemanasan, suhu 700C).
Pengujian barang yang terbuat dari plastik
dan elastik
Pengujian secara fisika dan kimia
|
Pengujian secara biologis
|
- warna, bau, rasa
- sifat pemukaan
- kemudahan penembusan
- fragmentasi
- kemudahan menutup kembali
- kemantapan terhadap minyak
- indeks bias
- pengotor tak larut
- harga pH
- amonium
- ion logam berat, seng, klorida
- ion sulfat, ion sulfida
- senyawa timah organik
- pengotor mereduksi
- sisa penguapan
|
- bahan pirogen
- bahan yang berkerja hemolitik
- tersatukan pada tikus
- tersatukan pada jantung
- katak terisolasi
- tersatukan pada kutu air
- tersatukan lokal pada kulit
- tersatuka lokal pada mata
- tersatuak lokal setelah implantasi
- tidak permeabilitas untuk mikrorganisme
|
2.3 Uji kebocoran
UJI KEBOCORAN
Kebocoran terjadi
ketika diskontinuitas terdapat pada dinding sebuah wadah yangdapat memungkinkan lewatnya gas di bawah aksi
dari tekanan atau konsentrasi yang ada di seluruh dinding. Kebocoran berbeda dari permeasi, yang
merupakan aliran materi melalui penghalang itu sendiri. Kebocoran
secara matematis didefinisikan sebagai tingkat di mana suatu unit gas massa (atau
volume) yang mengalir masuk
atau keluar dari kebocoran di bawah kondisi temperatur dan tekanan spesifik.
Sebagai contoh, minuman berkarbon dapat mengalami
kebocoran 10cc karbon dioksida dalam 3 bulan pada 60 psig, atau paket terendam dapat bocor dua gelembung per detik dari 1 / 8 inch
diameter saat mengalami tekanan sampai 40 psig. Satuan ukuran yang umum digunakan
dalam referensi banyak literatur untuk menentukan tingkat kebocoran adalah
standar sentimeter kubik per detik (std cm3 / s atau std cc / s). Menurut unit
sistem metrik internasional (SI nomenklatur), kebocoran diukur dalam meter
kubik per detik pascal (Pa ⋅
m3 / s). dalam keduanya, unit massa gas (std cc dan Pa ⋅ m3) menunjukkan kuantitas gas
(udara) yang terkandung dalam unit volume (101 kPa). Untuk pengukuran yang
sangat tepat, temperatur standar 20 ° C (293 ° K) juga ditentukan. Kecuali suhu
bervariasi secara luas selama percobaan, Namun,
perubahan kecil akibat variasi suhu tidak terlalu signifikan dibandingkan
dengan perbedaan yang berpotensi besar dalam tekanan gas.Belakangan ini, std cc/s adalah satuan ukuran lebih
umum, tetapi karena kedua unit ukuran digunakan secara
konvensional, tingkat kebocoran sering disajikan baik dalam unit stdcc/s atau Pa⋅m3/s, tergantung pada sumber referensi yag digunakan.
Untuk mengkonversi ke stdcc /s dariPa⋅m3/s, unit SI harus dikalikan dengan faktor 9,87atau sekitar 10. Ini dan lainnya unit kebocoran umum mengukur di
rangkum dalam Tabel4.1
Istilah yang digunakan untuk
mendefinisikan spesifikasi tingkat kebocoran akan berbeda tergantung dengan
jenis metode uji yang digunakan. Dalam beberapa kasus, kebocoran diukur secara
kualitatif, dan spesifikasi dapat didefinisikan secara absolut. Sebagai contoh,
untuk sebuah wadah yang dimaksudkan untuk mencegah hilangnya cairan dan
masuknya mikroba, setiap kebocoran cairan yang terdeteksi di bawah kondisi penyimpanan dan penggunaan
akan dianggap tidak diterima.
Di sisi lain, ketika kebocoran yang
diukur kuantitatif, spesifikasi kebocoran dapat didefinisikan dalam bilangan.
Hal ini terjadi, misalnya, ketika mengukur kebocoran gas dengan spektrometri massa helium, diferensial
tekanan, atau vacuumloss. Setelah
tingkat kebocoran kegagalan produk telah ditentukan, batas tingkat kebocoran
harus disesuaikan kembali. Mengingat fakta bahwa tingkat kebocoran gas adalah
fenomena logaritmik, dan tes kebocoran banyak yang akurat hanya dalam 50% dari
nilai sebenarnya, adalah wajar untuk menggunakan faktor keamanan ketika memilih
spesifikasi tingkat kebocoran. Seringkali, faktor keamanan 0,1 direkomendasikan
untuk kemasan yang harus menunjukkan 10-5 Pa
m3 / s sebagai laju kebocoran maksimum yang diijinkan, spesifikasi
tingkat kebocoran akan 10- 6 Pa ⋅
m3 / s . Ketika mengacu pada kebocoran gas,
pengaturan kondisi standar yang paling umum diterima. adalah bahwa udara
kering pada 25 ° C untuk perbedaan tekanan antara 1 standar atmosfer dan vakum
(suasana standar adalah 101,325 kPa). Untuk tujuan praktis, vakum perlu tidak
lebih baik dari 1 / 100 dari suasana atau 1 kPa. Jika kondisi pengujian tidak
ditentukan, kondisi standar ini umumnya disarankan. Metode uji – uji kebocoran
menurut Akers, J. Michael dan Larrimore, S. Daniel yaitu :
1.
Acoustic
Imaging
Merupakan
teknologi uang digunakan untu menentukan akibat yang tersembunyi atau yang
terlihat pada objek yang sangat kecil. Pada acoustic imaging, dirancang khusus
transduksi piezoelektrik yang diubah menjadi impuls elektrik dengan frekuensi
sekitar ratusan megahertz. Lensa acoustic
memfokuskan gelombang tersebut pada titik yang memiliki kemampuan untuk
mendeteksi sesuatu yang rapuh atau tipis diantara bahan uji. Kemudian gelombang
akan dihantarkan pada detector dan program tersebut akan menampilkan gambar
planar atau gambar yang menyajikan kedalaman yang beragam pada sampel.
Teknologi ini dikembangkan sebagai alat dalam R&D untuk mengevaluasi
kemasan farmasi.
2.
Bubble
test
Metode
ini umumnya dilakukan dengan meletakkan kemasan dalam air, gunakan tekanan, dan
lakukan inskpeksi untuk gelembung
(metode 1). Sebagai alternative, surfaktan dapat digunakan pada permukaan
terluar kemasan yang diberiakn tekanan yang dapat dinspeksi untuk penyabunannya
( metode 2). Uji gelembung dapat diketahui keberadaan dan lokasi dari
kebocoran.sensitivitasnya mulai dari 10-1 sampai 10-5 std cc/s tergantung pada
panjang waktu yang digunakan untuk observasi. Sensitivitas dar metode 1 sebagai
bilangan dan ukuran dari gelembung yang terlihat pada air submersion pada waktu tertentu dengan parameter uji tertentu.
Kerugian dari uji gemebung ini untuk produk parental adalah perlunya suasana
basah, akantetapi meupakan uji yang cepat. Pada percobaan metode kedua pada
penelitian sebelumnya dihasilkan deteksi kebocoran rendah pada 10-6 pa .m3/s
(10-5 std cc/s)
3. Vacuum
Vacuum
merupaka uji yang dapat digunakan untuk beberapa jenis aplikasi wadah, termasuk
wadah makanan, alat kedokteran, dan wadah farmasi. Keuntungan utama dari metode
jenis ini adalah dapat dilakukan pada wadah yang akan diuji langsung tanpa terknotaminasi
oleh panambahan zat kimia tau gas dan biasanya tidak terjadi kerusakan fisika.
Prinsip dati tehnik ini adalah memindahkan wadah kedalam kotak uji yang
tertutup rapat, keluarkan tekanan atau vacuum kedalam kotak , kemudian ukur
kecepatan dari perubahan vacuum pada kotak terhadap waktu. Kecepatan atua
penambahan perubahan dibandingkan dengan control yang tidak bocor. Perbuhan
besar yang berarti untuk uji wadah adalah indikasi dari kebocoran.
4. Pengamatan
Visual
Merupakan
inspeksi terhada o kebocoran yang paling mudah diantara cara yang lain tetapi
sensitifitasnya paling kecil dianata cara yang lain. Inspeksi ini merupakan
metode kualitatif yang digunakan untuk mendeteksi kebocoran yang besar. Cara
ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan pencahayaan khusus dan latar background.
5. Perubahan
berat ( weight loss )
Untuk
melakukan uji perubahan berat, jumlah bahan yang dimasukkan dan wadahyang
digunakan diamati perubahan beratnya (untuk cairan) atau penambahan berat
(untuk wadah berisi kering) terhadap waktu.Uji termasuk wadah dalam keadaan
ekstrim dari kelembapan umum dan atau suhu. Uji ini adalah metode untuk
integritas wadah yang terdapat pada USP untuk wadah dosis tunggal dan dosis
ganda untuk obat oral padat, sama halnya untukbotol yang digunakan untuk
cairan. Uji ini cukup akurat dan mudah untuk dilakukan dan menghasilkan
infotmasi yang langsung berhubungan dengan kualitas dari wadah suatu produk.
Sensitifitas
dari metode ini adalah semakin kecil perubahan berat yang dapat terdeteksi
menghsilkan sensitifitas dari scale,
berat dan kelmbapan dari wadah. Pada situasi tertentu, wadah control yang
mengandung bahan inert merupakan perbandingan yang bermanfaat untuk
mengidentifikasi perubahan berat secara signifikan dalam uji wadah.
ini sumbernya darimana yah ??
BalasHapusliteraturnya mna
BalasHapusMasuk pak eko
BalasHapus